ANTISIPASI PENGGUNAAN FORMALIN PADA MAKANAN
Bagian HumasSenin, 16 Januari 2006
PRESS RELEASE
Dikemas dalam acara dialog interaktif ala Warung Pojok Kebon Rojo, tanggal 15 Januari 2006 di Aula Radio Suara Jombang Jl. Patimura No. 92 Jombang, diadakan Sosialisasi Antisipasi Penggunaan Formalin Pada Makanan, yang dihadiri oleh Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koperasi,Yayasan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (Yabpeknas), dan perwakilan dari Jajaran Polres Jombang.
_________________________________________________
Dialog Interaktif Warung Pojok Kebon Rojo disiarkan secara langsung di Radio Suara Jombang FM, RKPD dan NK FM. Pada setiap Minggu malam dari pukul 20.00 s/d 22.00 WIB. Acara tersebut juga menerima telepon bagi pendengar yang ingin berpartisipasi aktif dalam menyampaikan saran, atau berdialog langsung dengan Bapak Bupati Jombang, Drs. H. Suyanto dan Dinas-Dinas terkait. Biasanya Bupati Suyanto turut hadir dalam acara Interaktif, tetapi beliau berhalangan hadir karena bersamaan dengan acara Pengajian Umum di Masjid Jamik Jombang.
Dalam kesempatan tersebut, sebagai narasumber Dinas Kesehatan yang diwakili dr. Pariyanto menjelaskan bahwa formalin kegunaannya bukan untuk makanan, formalin adalah golongan pengawet non makanan, berbentuk cairan, mudah terbakar, tidak berwarna dan reaktif. Di pasaran ada pula dalam bentuk tablet. Penggunaannya untuk pengawet tekstil, produk farmasi, kosmetik, jaringan tubuh ( mayat ). Sedangkan boraks adalah bahan pengawet non makanan, beruba serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, alkohol dan gliserol. Penggunaannya sebagai antiseptik dan disinfektan produk farmasi, kaca dan kayu.
Akibat langsung dari formalin dan boraks, untuk yang akut : terhirup : iritasi, alergi, rash, mual, muntah, sukar bernafas, asma, sakit kepala, batuk, kejang, aritmia, mati. Kontak alergi : luka bakar, rash. Kontak mata : iritasi, gatal, mata berair, buta. Tertelan : luka bakar, mual, diare, sakit perut, melepuh, sakit kepala, pusing, konvulsi, koma. Kronisnya : terhirup : mengantuk, gangguan mens, steril, kanker. Kontak : gatal, kerusakan hati. Kontak mata : iritasi, gatal, mata berair, buta. Tertelan : rash, gatal, gangguan cerna, gelisah, lemah, kejang. Penggunaan atau konsumsi formalin dalam jumlah sedikit tidak menimbulkan efek langsung, tapi karena konsumsi yang terus menerus yang pada akhirnya menumpuk dan mengakibatkan gagal ginjal, kanker untuk jangka panjangnya.
Upaya Pemkab dalam menyikapi fenomena-fenomena yang sudah gencar bahkan membooming sebagai headline di media-media massa, ataupun elektronik adalah dengan menyebarkan brosur-brosur tentang tanda-tanda makanan yang mengandung formalin ke masyarakat untuk selalu waspada tentang bahaya formalin. Hal tersebut sudah dilakukan pihak Pemkab dan Dinas Kesehatan. Jenis makanan yang sering ditambahkan formalin ataupun boraks terdiri dari mie basah, tahu, bakso, ikan asin, ikan segar, pindang, lontong, ketupat. Sedangkan ciri-ciri makanan yang mengandung formalin dan boraks antara lain adalah tahu permukaanya lebih halus, kenyal dan tahan basi dalam jangka waktu tertentu ( lebih dari 24 jam ), mi permukaannya lebih halus, kenyal, molor seperti karet dan tidak mudah basi ( lebih dari 24 jam ), bakso lebih putih, kenyal, krupuk iris, krupuk lempeng, krupuk puli mentah : lebih kuat, tidak mudah patah, permukaanya mengkilat dan berbau khas, krupuk goreng : lebih keras, pesah-pecah, ayam potong lebih putih dan tidak dihinggapi lalat, ikan segar ( bandeng, tongkol, cumi, udang, dll ) warna putih segar tidak seberapa amis dan tidak dihinggapi lalat, ikan yang dikeringkan / diasinkan ( ikan pindang, ikan asin, warna putih bersih, tidak seberapa amis dan tidak dihinggapi lalat ).
Untuk itulah masyarakat harus bersikap hati-hati dalam memilih makanan terhadap isu formalin akhir-akhir ini, jika ragu-ragu sebaiknya tidak dikonsumsi. Jika harus mengkonsumsi bahan pengawet, harus menggunakan yang benar-benar aman dan punya ijin. Seperti halnya penggunaan boraks. Boraks adalah untuk menggumpalkan, masyarakat selama ini tidak sadar sering menggunakan boraks ( boraks yang digunakan sebagai cetitet / bleng, yang berbentuk kristal yang banyak dijual di pasaran yang bahaya untuk dikonsumsi, yang aman yang berbentuk cair ).
Dari Dinas Peternakan Dan Perikanan, dr. Joko menambahkan, bahwa Penggunaan formalin ataupun boraks, bisa merusak kesehatan masyarakat,. Karena formalin juga digunakan untuk mengawetkan mayat dan dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus penggunaannya akan menyebabkan kanker hati. Dan secara tidak langsung penggunaan formalin bisa menurunkan omset pedagang seperti penjual bakso, mie. Seperti halnya kasus “ ayam tiren “ yang dulu banyak dijual di pasaran.
Bapak Asisten III Drs. Soenarjo, MSi yang juga turut hadir malam itu memberikan penjelasan “ kepercayaan masyarakat bisa kembali tentang penggunaan / konsumsi formalin tidak ada yang disalahkan, dikembalikan lagi pada masyarakat untuk tetap selektif memilih makanan “, ujar beliau. bahwa dalam waktu dekat Bapak Bupati Jombang, Drs. H. Suyanto akan segera mengumpulkan Muspida, Camat, dan tokoh masyarakat, untuk demo makan bersama.
Dari Kepala Disperindagkop, Bapak Drs. H.M. Ja’far Jazuri, MM juga menambahkan segerab mengambil langkah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat agar tidak takut memilih makanan yang disebabkan penggunaan formalin dan boraks . Pesan dari Rapat TK. I harus diadakan uji ulang laboratorium dan pemberian sertifikasi untuk perusahaan-perusahaan / pengusaha-pengusaha yang memproduksi makanan yang tidak menggunakan formalin. Perlunya diadakan sosialisasi terus menerus tentang bahaya penggunaan formalin.
Pada kesempatan tersebut, dari Yabpeknas ( Yayasan Badan perlindungan Konsumen Nasional ) Bapak Erwin dan beberapa teman-temannya turut menjelaskan kalau sudah ada 5 ( lima ) buah toko yang terindentifikasi. “ Pedagang-pedagang kecil ( bakso, mi, ikan asin ) tidak tahu dampak / efeknya penggunaan bahan kimia. Karena bahan pangan memang tidak boleh dicampur dengan bahan kimia. Hal itu sudah merupakan tugas kami sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Melindungi konsumen, dan menguntungkan produsen.
Acara Dialog Interaktif juga memberikan kesempatan kepada para pendengar untuk ikut aktif berpartisipasi bertanya maupun memberikan saran. Beberapa pertanyaan dan saran dari masyarakat antara lain : dari kawasan Ploso bapak Jaya Suprana, formalin yang beredar bebas di masyarakat sangat meresahkan masyarakat, siapa yang bertanggung jawab dan hal itu bisa secara langsung menurunkan omzet pedagang, bahkan bisa mengakibatkan bankrut. Dan juga beberapa saran dari kawasan Puloasri, Ibu Ninik. Menyarankan bahwa yang dikatakan Yabpeknas bukan cuma formalin saja, tapi juga makanan-makanan kecil keliling seperti tempura, bakso, dll. Dan juga semua masalah jangan ditumpukan pada pemkab saja, tetapi masyarakat juga harus membantu, himbauan-himbauan di sekolah-sekolah, dan kembali ke makanan yang lebih sehat ( back to nature ). Dan juga menggerakkan PKK, Posyandu, RT, semua lapisan ikut menggerakkan ( jangan dibebankan pada Dinkes, Disperindagkop ).
Pada acara Dialog Interaktif, yang turut hadir Asisten III, Dinkes dan Disperindagkop sebagai narasumber, dari jajaran Polres Jombang, Camat dan para Kasi Humas Kecamatan.
- See more at: http://www.jombangkab.go.id/index.php/web/entry/antisipasi-penggunaan-formalin-pada-makanan.html#sthash.XBfsXScG.dpuf
http://www.jombangkab.go.id/index.php/web/entry/antisipasi-penggunaan-formalin-pada-makanan.html