Jajanan sekolah tanggung Jawab Sekolah dan Orang Tua
JOMBANG – Masalah klasik jajanan anak di lingkungan sekolah dan pemukiman tak kunjung terpecahkan. Kasus terakhir menimpa siswa SDN di Kota Mojokerto, pekan lalu. Akibat mengonsumsi sosis dengan saos sambal yang dijajakan pedagang keliling, seorang siswa keracunan. Akibatnya, siswa tersebut harus menjalani rawat inap di RS selama empat hari. ”Orang tua dan pengelola sekolah adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam kasus tersebut,” ujar Erwin Pribadi, Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) BPC Yabpeknas Jombang, kemarin.
Erwin menuturkan, potensi keracunan bisa dari berbagai sumber. Yakni, sosis, saos, alat masak serta kondisi tangan korban yang tidak hieginis saat mengonsumsi makanan. ”Butuh tes laboratorium untuk memastikan penyebabnya.”
Lebih jauh, Erwin menceritakan, sejumlah pemkab dan pemkot beberapa tahun lalu menggagas Program Makanan Tambahan Anak Sekolah atau PMTAS. Namun, karena dukungan orang tua dan sekolah yang lemah, program tidak berjalan efektif.
Kini, lanjut dia, muncul bentuk lain program PMTAS yang dilakukan secara swadaya. Yakni, pembuatan jajanan sekolah oleh paguyuban orang tua murid. Ini untuk memberikan aktivitas ekonomi tambahan untuk orang tua murid sekaligus mengenalkan makanan tradisional kepada anak, terutama pada usia TK dan SD. Pada saat yang sama, orang tua diminta membiasakan anak untuk sarapan pagi dan membawa bekal makanan atau jajanan serta air minum secukupnya. ”Sekolah, Dinkes dan Satpol PP juga harus tegas menindak penjual makanan keliling yang terbukti mengandung zat pewarna tekstil jenis Rhodamin dan zat kimia terlarang lain,” papar Erwin. (lal)
Tuesday, 9 December 2014
Masalah Klasik Jajanan Anak di Lingkungan Sekolah
Posted by yabpeknasbanten on 06:59 in Berita YABPEKNAS | Comments : 0
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment